Pelecehan Seksual di Konser Musik: Perempuan Bukan Manusia Penggoda
By
konde
*Devina Maharani- www.Konde.co
Balqis Hidayati, salah seorang pemain band mahasiswa menyatakan bahwa perempuan pemain band sangat rentan mendapatkan pelecehan seksual.
Suatu hari ia berpikir, bagaimana caranya memberitahu pada para pemain band lain agar melawan pelecehan seksual? Inilah yang membuatnya kemudian menggelar pementasan musik stop kekerasan perempuan bersama teman-temannya Band Kita Anak Negeri pada perayaan 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan tahun 2018 lalu di sebuah mall di Depok.
Pengakuan Balqis Hidayati ini dikatakan dalam pertemuan komunitas pemberdaya yang digagas Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) dan Komnas Perempuan 15 Desember 2018. Balqis kemudian juga mengajak para pemain band dan para mahasiswa untuk melakukan kampanye ini di kampus-kampus.
Tak hanya Balqis yang pemain band, baru-baru ini juga terjadi sebuah pelecehan seksual pada sebuah konser musik yang digelar di Bekasi, Jawa Barat. Konser musik yang seharusnya menjadi momen indah berubah menjadi momen menyedihkan karena mendapat perlakuan yang sangat buruk dan melecehkan dari orang tak dikenal.
Dilansir dari twitter dan liputan6.com, kasus ini dialami FP. Ia mengalami pelecehan seksual saat sedang menonton konser musik pada Oktober 2019 lalu. FP bersama temannya menonton konser ini dan berdiri paling depan barisan.
Saat lagu kedua mulai, tiba-tiba ada yang meremas payudara FP. Ia kaget dan sempat ingin menuduh tangan teman lelakinya yang melakukan itu, tapi ternyata tidak, kedua tangan temannya memegang tralis yang ada di depan FP.
Puncaknya saat lagu ketiga mau mulai, pelaku melancarkan lagi aksinya dengan meremas bokong FP. Disini FP dengan sigap menepis tangan pelaku. Tapi seolah tidak takut, saat lagu mulai, pelaku kembali meremas bokong FP. FP dengan spontan langsung memukul pelaku, sayang saat FP menarik tangan pelaku, tangan pelaku langsung terlepas.
Kejadian ini ia bagikan dalam sosial medianya. FP mendapat respon positif dan negatif dari netizen. Banyak yang mendoakan agar kejadian ini tak berulang kembali kepada siapapun. Tetapi ada beberapa komentar negatif yang menyalahkan pakaian korban. Padahal FP menggunakan jilbab atau pakaian tertutup.
Terlepas soal pakaian yang dipakai FP, pernyataan negatif seperti ini selalu saja muncul pada perempuan korban. Tentu saja respon negatif ini membuat saya marah.
Ada banyak kasus lain yang serupa yang menimpa perempuan. Sudah menjadi korban, disalahkan lagi karena pakaiannya. Seringkali saya mendengar pernyataan ini:
“Habis bajunya seksi, makanya dilecehkan.”
“Bajunya terbuka, maka wajar jika dilecehkan.”
“Mungkin perempuan itu yang mengoda.”
“Kalau perempuannya menolak, pasti kejadian itu tidak akan terjadi.”
Pernyataan yang sering saya dengar begitu banyak menyalahkan perempuan korban dan malah membiarkan pelaku menang. Seolah-olah yang menjadi pelaku malah bebas dari dosa, dari perlakuan yang dilakukannya.
Perempuan lalu distigmakan sebagai makhluk penggoda, makhluk yang memanfaatkan tubuhnya untuk menarik perhatian laki-laki.
Bagaimana tidak marah jika mendengar kalimat-kalimat ini? Korban yang sudah jatuh, dijatuhkan lagi mentalnya. Sedangkan laki-laki, justru lepas dari tuduhan.
Lalu apa yang bisa dilakukan perempuan dalam kondisi seperti ini? Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan perempuan diantaranya:
1. Melawan
Melakukan perlawanan adalah cara yang paling tepat dalam kondisi seperti ini. Melakukan perlawanan bisa dengan cara berteriak atau melakukan aksi menyerang.
2. Alihkan ke pikiran positif secara cepat ketika self blaming muncul.
Ingatkan dirimu bahwa pikiran awalmu itu keliru, alihkan pikiran dengan kata-kata afirmasi yang positif. Afirmasi ulang dalam pikiran bahwa “saya sedang dalam kondisi buruk, saya bisa melalui situasi ini dengan nyaman dan saya telah melakukan yang terbaik”.
3. Mencari Orang-Orang yang Mendukung Langkahmu.
Carilah orang-orang yang mendukungmu, mau memahamimu dengan mendengarkan dan memberikan saran-saran yang membangun. Ceritakan perasaanmu untuk mengeluarkan emosi negatif dari dalam diri sendiri mintalah saran yang membangun. Carilah dukungan kelompok atau komunitas yang memiliki pengalaman serupa untuk mendapatkan penguatan positif. Jika perlu kamu bisa menemui psikolog agar dapat mendapatkan penanganan secara tepat dan mendalam.
4. Laporkan Pelecehan dan Kekerasan yang Kamu Alami
Mendapatkan kelompok dan teman-teman yang mendukungmu pasti membuatmu menjadi kuat. Nah, inilah saatnya kamu bisa melaporkan kekerasan atau pelecehan yang kamu alami ke lembaga yang memperjuangkan stop pelecehan dan kekerasan seksual agar kamu mendapatkan pendampingan hukum.
*Devina Maharani, seorang mahasiswi jurusan komunikasi di Jakarta yang hobi menulis
Referensi:
Liputan6.com dan twitter.com
Yudha Heka Satria., M.Psi., Psikolog., CMHA. Ia adalah Psikolog & Grafolog, Aktivis Teman Positif & Inspirasi Kita yang Bekerja di Biro Konsultasi Psikologi Pradnyagama Kota Denpasar.
(Foto/ Ilustrasi: Pixabay)
SEARCH
LATEST
3-latest-65px
SECCIONS
- Agenda HAM (1)
- Agenda Perempuan (6)
- catatan peristiwa (15)
- film (10)
- perempuan inspiratif (5)
- peristiwa (41)
- perspektif (58)
- Resensi Film (3)
Powered by Blogger.
Site Map
Kasus Aice: Dilema Buruh Perempuan Dan Pentingnya Kesetaraan Gender di Tempat Kerja
Para pekerja perempuan sedang bekerja di pabrik wig, Yogyakarta, 13 Desember 2019. RWicaksono/Shutterstock Aisha Amelia Yasmin , The Convers...
Popular Posts
-
Christophe Petit Tesson/EPA Sarah L. Cook , Georgia State University ; Lilia M. Cortina , University of Michigan , dan Mary P. Koss , Univer...
-
Co-working space telah menjadi sebuah cara yang innovative untuk bekerja diluar kantor pusat tanpa menjadi bekerja sendiri di rumah. (Shutte...
-
Apa yang salah dengan janda? Selama ini banyak pandangan miring tentang janda, seolah-olah yang dilakukan dan diputuskan oleh janda selalu s...
-
Sebuah gerakan global yang bernama “One Billion Rising” diadakan setiap tanggal 14 Februari, tepat di hari Valentine. Apakah One Billion Ris...
-
*Lala Firda- www.Konde.co Konde.co- Menjadi feminis di usia 17 adalah sesuatu yang langka yang saya jumpai di masa lalu. Tapi saya sudah mel...
-
Poedjiati Tan- www.Konde.co Jakarta, Konde.co- Setelah sebelumnya panitya seleksi pemilihan anggota Komnas Perempuan menyerahkan 20 calon an...
-
*Poedjiati Tan- www.Konde.co Jakarta, Konde.co- Jurnalis adalah pekerja yang banyak berada di tengah kerumunan. Mereka berada di kerumunan m...
-
Konde.co- Menjelang siang hari tanggal 17 Februari 2020, salah satu pengurus Serikat Buruh, Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indone...
-
Atalia (bukan nama sebenarnya), 28 tahun stress bukan kepalang. Wabah Corona atau Covid-19 ini membuatnya cemas. Ia cemas dengan keadaan pac...
-
Single and very happy? fizkes/ShutterStock Karel Karsten Himawan , Universitas Pelita Harapan Tren pertumbuhan orang lajang di negara Barat ...
Total Pageviews
Home Top Ad
space iklan
Cari Blog Ini
Blog Archive
-
▼
2019
(61)
-
▼
December
(27)
- A Feminist Manifesto: Mengenal Feminisme dalam 60 ...
- Pelajaran Jatuh Cinta: Tak Mengenal Ruang dan Waktu?
- Pengalaman Perempuan Petani Mengolah Makanan Tradi...
- Imperfect: Film yang Mengubah Narasi Kecantikan Pe...
- Aktivis Perempuan: Pemilihan Komisioner Komnas Per...
- Bagaimana Diskriminasi yang Dialami Transpuan dan ...
- Maria dan Makna Natal Perempuan Feminis
- Last Christmas, Natal yang Harus Menjadi Kenyataan
- Payudara dan Stigmatisasi Tubuh Perempuan: Perjuan...
- Manifesto Politik Perempuan Indonesia 22 Desember ...
- 22 Desember: Hari Ibu atau Hari Gerakan Perempuan ...
- Menginisiasi Pertanian Organik, Cara Perempuan Pet...
- Menolak Standar Kecantikan Perempuan dalam Karya Seni
- Pekerja Rumah Tangga Mengalami Kemiskinan Waktu di...
- Melihat Hukum di Indonesia yang Diciptakan Bukan u...
- Mendapat Predikat Kota Peduli HAM, Mengapa Pemkot ...
- Kalimat yang Menyesatkan: Bapak Bekerja di Kantor ...
- Didiskriminasi dan Dipersekusi, Adakah Tempat untu...
- Siapakah Perempuan Pembela HAM dan Apa Saja Ancama...
- Pelecehan Seksual di Konser Musik: Perempuan Bukan...
- FFI 2019: Film dengan Isu Perempuan dan Minoritas ...
- Hari HAM: Pemutaran Film More than Work
- Transportasi Umum yang Aman untuk Perempuan: Tang...
- Kisah Penyintas KDRT: Anakku, Cukup Ibumu Saja yan...
- Catatan Untuk Para Anti Feminis: Jangan Suka Emosi...
- Cerita 3 Perempuan Pencipta Perubahan Ekonomi
- Kami Marah: 25 Tahun Deklarasi Beijing Masih Jauh ...
-
▼
December
(27)
Video Of Day
Flickr Images
Find Us On Facebook
VIDEO
ads
TENTANG KAMI
Labels
Tags 1
Labels Cloud
RECENT POST
3/recent/post-list
Recent Posts
4/recent/post-list
Konde's Talk
Pages
TENTANG KAMI
Pages
Tentang kami
Subscribe Us
In frame
recent/hot-posts
No comments:
Post a Comment